Cara Menghitung Kebutuhan Bekisting – Seperti diketahui, dalam membangun sebuah bangunan, pondasi menjadi salah satu konstruksi yang memiliki peranan sangat penting. Hal tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya tanpa adanya konstruksi pondasi yang kuat, suatu bangunan tidak akan bisa berdiri dengan kokoh.
Oleh sebab itu, pastikan para pekerja bangunan membuat pondasi yang kuat ketika membangun rumah, dan yang paling penting jangan melupakan bekisting. Dimana bekisting sendiri merupakan sebuah cetakan yang biasanya digunakan untuk membuat pondasi sebuah bangunan, entah itu rumah tinggal, perkantoran hingga apartemen.
Pada intinya, proses pekerjaan bekisting dapat dikatakan sebagai tahap akhir dalam pembuatan konstruksi pondasi sebuah bangunan. Setelah rangka bangunan dari kawat besi selesai dipasang, maka langkah selanjutnya cetakan bekisting juga akan ikut dipasang. Kemudian langkah terakhir tinggal melakukan proses pengecoran.
Maka dari itu, ketika ingin membangun rumah khususnya saat membuat pondasi, ada baiknya hitung terlebih dahulu kebutuhan bekistingnya. Nah, untuk membantunya pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan secara lengkap mengenai cara menghitung kebutuhan bekisting untuk semua jenis dan ukurannya.
Fungsi Bekisting
Sebelum membahas poin utama mengenai cara menghitung kebutuhan bekisting lebih lanjut, sebaiknya pahami terlebih dahulu apa saja fungsi komponen bangunan tersebut. Daripada penasaran, langsung saja simak baik-baik fungsi ataupun kegunaan bekisting di dalam konstruksi sebuah bangunan di bawah ini.
- Berfungsi sebagai cetakan dalam membuat pondasi bangunan.
- Sebagai cetakan dalam membuat tiang atau pilar bangunan.
- Sebagai pijakan sementara saat melakukan proses pembangunan.
Jenis Bekisting
Perlu diketahui, di Indonesia sendiri proses pembuatan bekisting bisa dilakukan menggunakan berbagai macam jenis bahan material. Tentunya setiap bahan material tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing. Adapun beberapa jenis bekisting berdasarkan bahan materialnya tersebut diantaranya yaitu seperti berikut ini.
- Bekisting triplek.
- Bekisting kayu balok.
- Bekisting besi baja (knock down).
- Bekisting aluminium.
- Bekisting fiberglass.
Cara Menghitung Kebutuhan Bekisting
Sebagai informasi tambahan, saat ini sudah tersedia cukup banyak pemborong ataupun kontraktor yang menawarkan jasa borongan dalam pembuatan bekisting. Tentunya hal tersebut akan sangat menguntungkan bagi seseorang. Pasalnya, harga borongan pekerjaan bekisting akan jauh lebih murah ketimbang pekerja sistem harian.
Sementara untuk total kebutuhan bahan material dalam pembuatan bekisting sendiri sebenarnya tergantung pada jenis pekerjaannya, entah itu untuk plat lantai, balok ataupun kolom. Agar lebih jelasnya, langsung saja simak baik-baik tata cara menghitung kebutuhan bekisting untuk semua jenis dan ukurannya.
1. Menghitung Kebutuhan Bekisting Untuk Plat Lantai
Sebagaimana diketahui, plat lantai atau ploor plate ialah sebuah struktur bangunan yang tidak berada di atas tanah secara langsung. Dimana hal ini dapat diartikan bahwa plat lantai merupakan jenis lantai di tingkat dua, tingkat tiga, tingkat empat dan seterusnya.
Dalam proses pembuatannya, plat lantai biasanya dibingkai oleh balok beton kemudian ditahan oleh kolom-kolom bangunan. Sementara untuk tata cara menghitung kebutuhan bekisting untuk plat lantai sendiri sebenarnya terbilang cukup mudah, asalkan mengetahui ukuran-ukurannya.
Misalkan kalian ingin membuat plat beton bertulang ukuran 4 m x 6 m menggunakan triplek berukuran 1.22 m x 2.4 m setebal 8 mm, maka tata cara menghitung kebutuhan bahan material untuk pembuatan bekisting bangunan yaitu akan seperti di bawah ini.
- Luas plat lantai : 4 m x 6 m = 24 m2.
- Luas triplek : 1.22 m x 2.4 m = 2.928 m2.
- Kebutuhan bekisting plat lantai : 24 m2 ÷ 2.928 m2 = 8.19 lembar.
2. Menghitung Kebutuhan Bekisting Balok
Di dalam proses pembuatan bekisting, balok juga memiliki peranan cukup penting. Pada bangunan tertentu, biasanya struktur balok dibuat ekspos sehingga membutuhkan material secara khusus. Namun, perlu diingat bahwa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan balok yaitu titik temu antara ujung akhir balok dengan kolom.
Dimana permukaan balok pada bagian ujungnya harus menyatu dengan kolom, terutama pada bagian persentuhan kedua komponen itu sendiri. Sebagai contoh kalian akan membuat bekisting balok ukuran 0.15 m x 0.6 m sepanjang 6 meter dengan material triplek berukuran 1.22 m x 2.4 m tebal 8 mm, berikut ini adalah tata cara menghitung total kebutuhannya.
- Luas balok : (0.25 m x 6 m) + (0.6 m x 6 m) + (0.6 m x 6 m).
- Luas balok : 1.5 m2 + 3.6 m2 + 3.6 m2 = 8.7 m2.
- Luas triplek : 1.22 m x 2.4 m = 2.928 m2.
- Kebutuhan bekisting balok : 8.7 m2 ÷ 2.928 m2 = 2.9 lembar.
3. Menghitung Kebutuhan Bekisting Kolom
Komponen terakhir di dalam pembuatan bekisting yaitu kolom. Adapun fungsi kolom sendiri yaitu menjadi sebuah elemen struktur utama dalam bangunan gedung guna menyalurkan beban-beban di atasnya menuju ke pondasi bangunan.
Umumnya, bekisting kolom dibuat mencapai 3 sampai 4 meter. Hal tersebut dapat diartikan bahwa tinggi kolom hampir sama seperti tinggi ruang dari sebuah bangunan. Sebagai contoh kalian ingin membuat kolom berukuran 0.4 m x 0.4 m setinggi 4 m dengan empat sisi kolom yang akan dipasangi mengunakan bekisting triplek 1.22 m x 2.44 m setebal 12 mm.
Jadi, tata cara menghitung kebutuhan bahan material untuk pekerjaan bekisting kolom tersebut yaitu akan seperti di bawah ini.
- Luas kolom : 4 bh x 0.4 m x 4 m = 6.4 m2.
- Luas triplek : 1.22 m x 2.4 m = 2.928 m2.
- Kebutuhan bekisting kolom : 6.4 m2 ÷ 2.928 m2 = 2.18 lembar.
Akhir Kata
Itulah sekiranya pembahasan dari Epropertyrack seputar cara menghitung kebutuhan bekisting untuk semua jenis dan ukuran, entah itu pada pekerjaan plat lantai, balok ataupun kolom. Semoga informasi di atas dapat dijadikan sebagai referensi ketika hendak menghitung total kebutuhan material dalam pekerjaan bekisting.